Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ternyata memberikan banyak dampak buruk terhadap banyak aspek, terutama pada dunia bisnis di Rusia dan Eropa. Baru-baru ini sendiri, Mcdonald’s pun terkena imbas yang cukup tinggi dari perang yang terjadi antara dua negara tetangga tersebut.
Mcdonald’s menyatakan bahwa akibat dari perang ini, mereka mendapatkan kerugian hingga 1 triliun rupiah. Hal ini tidak lepas dari banyaknya orang yang protes akan invasi dari Rusia ke Ukraina ini. Adapun beberapa penyebab pasti kenapa McDonald’s harus menerima kerugian yang sangat fantastis tersebut.
Sebenarnya ketika Rusia memutuskan untuk menginvasi Ukraina, hal ini pun sudah dapat diprediksi. Dimana perang ini pasti akan memberikan dampak yang buruk, terutama dalam perekonomian bisnis. Sekarang pun sudah jelas sekali bahwa McDonald’s telah mendapatkan dampak yang cukup merugikan.
Perlu Anda tahu bahwa McDonald’s membuka gerai pertama di Rusia pada tahun 1989. Setelah 30 tahun lebih beroperasi, terpaksa McDonald harus menutup seluruh gerainya di Rusia. Dimana total gerai yang ditutup adalah 850 dimulai pada Maret 2022 lalu. Tentu saja dengan banyaknya gerai yang ditutup ini pun berdampak sangat buruk bagi pendapatan makanan cepat saji tersebut.
Kerugian sendiri tidak hanya berasal dari pendapatan yang tidak akan masuk karena penutupan, tapi juga membayar sewa, gaji karyawan dan upah pemasok yang mencapai $127 juta. Sedangkan $100 juta dari bahan makanan yang tidak terjual. Kemungkinan angka ini juga akan bertambah, karena dampak perang yang bisa mencapai $50 juta. Hal ini juga tidak lepas bahwa 84% gerai yang ada di Rusia dikelola langsung oleh perusahaan dan sisanya adalah waralaba.
Apakah McDonald akan beroperasi lagi atau tidak di Rusia? Hal ini sendiri belum dapat dipastikan. Namun, tidak hanya menutup gerai di Rusia saja, McDonald pun juga harus menutup sekitar 108 gerainya di Ukraina. Hal ini tentu saja tidak lepas dari konflik berkepanjangan. Padahal dua negara tersebut setidaknya menyumbang pendapatan sekitar 2% dari seluruh pendapatan McDonald’s.
Dari kenyataan ini sendiri, maka sudah dapat dipastikan bahwa McDonald akan mendapatkan kerugian secara berkala karena pendapatan keuntungan berantai juga hilang. Mengingat bahwa Rusia adalah negara besar dan gerai mereka di sana pun sangat banyak.
Selain McDonald, ternyata ada perusahaan lain yang juga mendapatkan kerugian sangat besar dengan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina ini. Dimana tidak hanya merugi, bahkan ada beberapa yang siap angkat kaki dari negara tersebut sebagai salah satu bentuk protes akan tindakan Rusia yang invasi ke Ukraina. Lalu, perusahaan apa saja yang juga merugi seperti McDonald? Berikut ini adalah daftarnya:
Perusahaan roti dan makanan asal Finlandia ini sendiri memutuskan untuk hengkang dari Rusia dengan menjual semua aset yang ada di negara tersebut kepada Kolomenskiy Bakery and Confectionery Holding Moscow. Dimana pihak Fazer tidak menyebutkan berapa nominal transaksi yang dilakukan.
Distributor mobil dari Inggris ini pun juga setuju untuk menjual asetnya kepada manajemen lokal di Rusia. Dalam transaksi ini pun memberikan kerugian yang sangat besar, dimana pada sektor non tunai yang sebelum pajak. Sekitar 240 juta Pound kerugian harus ditelan perusahaan ini.
Perusahaan energi dan petrokimia dari Inggris ini pun juga telah menjual habis semua bisnis ritelnya di Rusia. Dimana mereka menjualnya ke Lukoil Rusia. Perusahaan ini pun menjual setidaknya 411 dari stasiun ritel serta pabrik pelumas Torzhok. Meski penjualan ini telah disepakati dan diumumkan pada 12 Mei, tapi hingga sekarang Shell tidak mengatakan berapa besaran transaksi penjualannya.
Tidak hanya itu saja, Kinross Gold Corp pun telah menjual semua aset Rusia ke Perusahaan Highland Gold Mining. Dimana penjualan ini pun dilakukan setelah hampir sebulan lebih perusahaan tersebut tidak beroperasi di Rusia. Total transaksi yang dilakukan pun menjadi $680 juta dengan dibayar tunai.
Kenyataan bahwa hampir semua sektor sangat terpengaruh dengan perang Rusia dan Ukraina ini, tidak heran jika semakin lama banyak perusahaan asing lain yang juga angkat kaki. Hingga sekarang ini total 750 perusahaan yang telah membatasi diri dari operasional di Rusia.
Hal ini pun akan terus berlanjut bila memang perang antar kedua negara ini tidak segera selesai. Dimana jelas yang dirugikan bukan negara saja, tapi juga masyarakat. Perang yang terjadi antara kedua negara ini masih terus mendapatkan pantauan dari dunia. Bahkan beberapa pun sudah mengecam tindakan dari Rusia yang terus menerus membombardir Ukraina tanpa henti.